Indikator SMF Home Purchase Sentiment Index (SHPSI) mengukur keyakinan dan ekspektasi rumah tangga terhadap kondisi pasar perumahan saat ini dan prospeknya ke depan. Indeks serupa dinamakan National Housing Survey dilakukan oleh Fennie Mae, perusahaan pembiayaan perumahan di Amerika Serikat, yang didesain untuk memberikan sinyal pasar perumahan di masa depan. Baik SHPSI ataupun National Housing Survey dihitung dengan menggunakan metode rata-rata sederhana saldo bersih respon positif terhadap persepsi dan sikap konsumen atas pasar perumahan, seperti halnya persepsi terhadap waktu membeli dan menjual rumah, ekspektasi mengenai harga rumah, persepsi terhadap suku bunga KPR dan perekonomian secara umum, rasa aman terhadap pekerjaan, serta ekspektasi terhadap pendapatan. Level SHPSI diatas 100 mengindikasikan persepsi rumah tangga yang cenderung optimis terhadap kondisi pasar perumahan saat ini dan prospeknya kedepan. Indikator SHPSI didasarkan pada survey wawancara langsung terhadap sampel 1.700 rumah tangga yang terbagi dalam 6 wilayah yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat (termasuk Banten), Jawa Tengah (termasuk DIY), Jawa Timur, Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat), dan Sumatera Utara.
Indikator SMF Home Purchase Sentiment Index (SHPSI) bulan Agustus 2017 berada dilevel 106,8. Level SHPSI diatas 100 mengindikasikan rumah tangga yang cenderung optimis terhadap kondisi pasar perumahan saat ini dan prospeknya kedepan. Optimisme ini dipicu oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tingginya ekspektasi kenaikan harga rumah kedepan. Sebanyak 70,3 persen responden rumah tangga berekspektasi bahwa harga rumah akan naik dalam 12 bulan mendatang, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
- Besarnya keyakinan konsumen akan keberlangsungan pekerjaannya kedepan. Sebanyak 62,9 persen responden rumah tangga merasa yakin dapat tetap mempertahankan pekerjaannya dalam 12 bulan mendatang.
- Konsumen lebih yakin akan prospek kestabilan pendapatan rumah tangganya. 67,9 persen responden rumah tangga menyatakan bahwa pendapatannya relatif stabil dalam 12 bulan mendatang. Sementara itu, 19,5 persen responden lebih optimis bahwa pendapatan rumah tangganya akan meningkat kedepan.
Berdasarkan propinsi, rumah tangga di DKI Jakarta tercatat lebih optimis dibandingkan propinsi lain. SHPSI DKI Jakarta berada dilevel 119,5 diikuti Jawa Timur (114,6), Jawa Tengah (112,1), Sulawesi Selatan (103,0), Jawa barat (100,6), dan Sumatera Utara (95,0). Kondisi ini didorong ekspektasi rumah tangga di DKI Jakarta terhadap kenaikan harga rumah dan prospek meningkatnya pendapatan rumah tangga, yang lebih tinggi dari propinsi lainnya.
Dalam hal rencana pembelian rumah, 30,3 persen responden menyatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli rumah. Dari responden tersebut, sebagian besar memilih instrumen KPR (46,8%), diikuti pembelian tunai (42,8%), dan tunai bertahap (10,3%). Rencana pemanfaatan instrumen KPR tercatat lebih besar pada rumah tangga di ibukota dibandingkan wilayah kotamadya/kabupaten (59,1% vs 39,7%). Hal senada juga terlihat pada wilayah perkotaan, dimana rumah tangga perkotaan yang berencana memanfaatkan KPR lebih tinggi daripada pedesaan (51,7% vs 32,3%). Responden rumah tangga diwilayah penyangga dan pedesaan cenderung berencana menggunakan fasilitas tunai untuk membeli rumah.